05.57

Orang
yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya. Jadi, berikan
dorongan semangat buat sesama karena semangat dapat memacu orang untuk
terus maju
Ada sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki
seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan
anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya bersusah payah seorang
diri membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki
listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu
minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang
anak. Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah
atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang
parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah. Dimana setiap bulannya
murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin
sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan
tiga puluh kg beras tersebut.
Dan karena mengerti dengan keadaan
ekonomi mereka, sang anak kemudian berkata kepada ibunya: ” Ma, saya mau
berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”. Ibunya mengelus
kepala anaknya dan berkata, “Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah
senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau
mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu.
Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa
kesana”.
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan
kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama
kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi
juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati
sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak berapa lama,
dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin
sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
pengawas yang
bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil
segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata, ”Kalian para wali murid
selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya
campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat
penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali
meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut. Pengawas kantinpun hanya bisa
menerima dengan hati yang kecewa.
Awal Bulan berikutnya sang
ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas
seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan
melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: “Masih dengan
beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum
berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras
apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah
jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa
matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa
menerimanya”.
Sang ibu sedikit takut dan berkata, “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana?”
Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata, “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras”.
Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas
kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata, “Kamu sebagai
mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang
sama. Bawa pulang saja berasmu itu !”.
Dengan berlinang air mata
sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: “Maafkan
saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah
mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata
apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung
celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan
membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya
menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah,
apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau
berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang
dan menyuruhnya bersekolah lagi.”
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat
pergi ke kampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap
pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua
beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu
bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir,
kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu sekarang
saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan
untuk keluarga ibu.”
Sang ibu buru- buru menolak dan berkata,
“Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya,
maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu
sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas,
tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”
Akhirnya masalah ini
diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah
membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga
tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke
perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan
sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk
diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang
mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang
lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas
sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu
ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun
menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata :
“Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”
Dan mempersilakan sang ibu
tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang
ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya
menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakun saling
bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya.
Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata:
“Oh Mamaku………………”
Betapa indahnya jika kita bisa melakukan hal
yang baik pada saat kita sebenarnya menderita. kisah d atas sangat
menyetuh dengan perjuangan seorang ibu yang rela melakukan apapun juga
demi sang anak meski dirinya menderita. pada masa-masa ini, jarang
sekali kita menemukan pengorbanan demikian. Bahkan tidak sedikit di saat
menderita kita malah ingin di perhatikan bukan memperhatikan kepada
orang yg kita cintai. semoga dengan kisah ini bisa membuat kita
berkorban pada saat kita mengalami penderitaan,pergumulan dan
sebagainya. Sebab, sesungguhnya orang yang bersemangat dapat menanggung
penderitaannya. Jadi, berikan dorongan semangat buat sesama karena
semangat dapat memacu orang untuk terus maju
Tuhan Yesus memberkati kita semua
Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar