06.03

Kisah
nyata ini terjadi pada malam Natal, saat Perang Dunia I pada 1914,
tepatnya di front perang bagian barat Eropa. Pada saat itu, tentara
Perancis, Inggris, dan Jerman saling baku tembak. Pada malam Natal yang
dingin dan gelap itu, hampir setiap prajurit merasa bosan dan muak
dengan berperang, apalagi setelah berbulan-bulan mereka meninggalkan
rumah mereka, jauh dari istri, anak, maupun orang tuanya.
Pada
malam Natal, biasanya mereka berkumpul bersama seluruh anggota keluarga
masing-masing, makan bersama, bahkan menyanyi bersama di bawah pohon
terang di hadapan tungku api yang hangat.
Berbeda dengan malam
Natal saat itu, di mana cuaca di luar sangat dingin dan salju pun turun
dengan lebatnya, mereka bukannya berada di antara anggota keluarga yang
mereka kasihi, malah berada di antara musuh yang setiap saat bersedia
menembak mati siapa saja yang bergerak.
Tiada hadiah yang
menunggu selain peluru dari senapan musuh, bahkan persediaan makanan pun
berkurang jauh sehingga hari itu pun hampir seharian mereka belum
makan. Pakaian basah kuyup karena turunnya salju. Biasanya, mereka
berada di lingkungan dan suasana yang hangat dan bersih, tetapi kali ini
mereka berada di dalam lubang parit, seperti layaknya seekor tikus,
jangankan bisa mandi dan berpakaian bersih, tempat di mana mereka berada
saat itu basah dan becek penuh dengan lumpur. Mereka menggigil
kedinginan. Rasanya tiada keinginan yang lebih besar saat itu selain
rasa damai untuk bisa berkumpul dengan orang-orang yang mereka kasihi.
Seorang tentara yang terkena tembakan merintih kesakitan, sedangkan
tentara lainnya menggigil kedinginan, bahkan pemimpin mereka -- yang
biasanya keras dan tegas -- entah mengapa pada malam itu tampak sangat
sedih, terlihat air mata turun berlinang di pipinya, rupanya ia teringat
akan istri dan bayinya yang baru berusia enam bulan. Kapankah perang
akan berakhir? Kapankah mereka bisa pulang kembali ke rumah
masing-masing? Kapankah mereka bisa kembali memeluk orang-orang yang
mereka kasihi? Dan, sebuah pertanyaan besar pula, apakah mereka bisa
pulang dengan selamat dan berkumpul kembali bersama istri dan
anak-anaknya? Entahlah ....
Tak sepatah kata pun terdengar.
Suasana malam yang gelap dan dingin terasa hening dan sepi sekali,
masing-masing teringat dan memikirkan keluarganya masing-masing. Selama
berjam-jam mereka duduk membisu. Tiba-tiba dari arah depan di front
Jerman, cahaya kecil muncul dan bergoyang, cahaya tersebut tampak
semakin nyata. Rupanya, seorang prajurit Jerman telah membuat pohon
Natal kecil yang diangkat ke atas dari parit tempat persembunyian mereka
sehingga tampak oleh seluruh prajurit di front tersebut.
Pada
saat yang bersamaan, terdengar alunan lembut suara lagu "Stille Nacht,
heilige Nacht" (Malam Kudus). Pada awalnya lagu tersebut hanya
sayup-sayup terdengar, namun semakin lama, lagu yang dinyanyikan
tersebut semakin jelas dan keras terdengar. Hal itu membuat para tentara
yang mendengarnya merinding dan merasa pilu karena teringat akan
anggota keluarganya yang berada jauh dari medan perang.
Ternyata seorang prajurit Jerman yang bernama Sprink yang menyanyikan
lagu tersebut dengan suara yang sangat indah, jernih, dan merdu. Sebelum
dikirim ke medan perang, prajurit Sprink adalah seorang penyanyi tenor
opera yang terkenal. Rupanya, keheningan dan kegelapan suasana pada
malam Natal itu telah mendorongnya untuk melepaskan emosi dengan
menyanyikan lagu itu. Walaupun ia menyadari bahwa dengan menyanyikan
lagu tersebut, prajurit musuh bisa mengetahui tempat persembunyian
mereka.
Ia menyanyikan lagu Malam Kudus tersebut bukan di
tempat persembunyiannya, melainkan berdiri tegak, bahkan keluar dari
persembunyiannya sehingga dapat terlihat jelas oleh semua musuhnya.
Melalui lagu tersebut, ia ingin menyampaikan kabar gembira sambil
mengingatkan kembali makna Natal, yaitu berbagi rasa damai dan kasih.
Untuk hal ini, ia bersedia mengorbankan jiwanya, ia bersedia mati
ditembak oleh musuhnya. Namun apa yang terjadi, apakah ia ditembak mati?
Tidak! Entah mengapa, seakan-akan mukjizat terjadi, sebab pada saat
yang bersamaan, semua prajurit yang berada di situ, satu demi satu
keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing, dan mereka mulai
menyanyikannya bersama. Bahkan, seorang tentara Inggris, musuh besar
Jerman, turut mengiringi mereka menyanyi sambil meniup dua bagpipes
(alat musik Skotlandia) yang dibawanya khusus ke medan perang. Dengan
perasaan terharu, mereka turut menyanyikan lagu Malam Kudus. Hujan air
mata tak dapat dibendung -- air mata mereka yang berada jauh dari orang
tua, anak, calon istri, kakak, adik, dan sahabat mereka.
Tadinya lawan sekarang menjadi kawan. Sambil saling berpelukan, mereka
menyanyikan lagu Malam Kudus dalam bahasa masing-masing. Perasaan damai
dan sukacita benar-benar mereka rasakan. Setelah itu, mereka meneruskan
menyanyi bersama lagu "Adeste Fideles" (Hai Mari Berhimpun). Mereka
berhimpun bersama, tidak ada lagi perbedaan pangkat, derajat, usia,
maupun bangsa, bahkan perasaan bermusuhan pun lenyap.
Mereka
berhimpun bersama musuh mereka, yang seharusnya saling tembak, saling
bunuh, namun dalam suasana Natal itu mereka bisa berkumpul dan
menyembah, memperingati Sang Bayi, Sang Juru Selamat. Rupanya, inilah
mukjizat Natal yang benar-benar membawa suasana damai di malam yang suci
ini.
Doa:
Aku sangat berharap, kiranya melalui
tulisan ini, kita dapat membagikan kasih dan kedamaian kepada orang
lain, serta mengajak kita semua untuk merenungkan kembali makna Natal.
Apabila di antara kita masih menyimpan luka batin, marilah kita
mengambil kesempatan pada hari Natal ini untuk saling memaafkan dan
mendoakan satu sama lain, dan biarlah damai Kristus bertakhta di hati
kita.
"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9).
Ya, Tuhan, Engkau menyinari malam suci ini
dengan cahaya damai-Mu.
Ajarilah kami untuk melihat kedamaian
yang seharusnya kami cari,
kedamaian yang seharusnya kami jaga,
dan kedamaian yang harus kami bagi.
Semoga hari ini dan setiap hari,
menjadi seperti hari Natal,
seperti Engkau mengilhami diri kami untuk membawa damai
dan pengampunan bagi semua orang yang kami jumpai.
Terima kasih untuk kelahiran-Mu di dunia ini Tuhan Yesus,
kelahiran-Mu membawa keajaiban bagi dunia ini
dan bagi hidup kami.
Segala pujian, hormat, dan syukur kami naikkan bagi-Mu,
Yesus Kristus, Sang Raja.
Amin.
Salam sukses n S̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥♍ªªªηGªª†̥†̥̥
°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°
ĞŌĐ•O:)•(*)ßĹЄŠŠ(*)•O:)•¥ŌŬ †̥†̥̥ Uz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar