23.52

Yabes
begitu bangga dengan sosok ibunya yang memiliki Jiwa yang begtu besar.
Dia mengenang di saat-saat dirinya dekat dengan ibunya sewaktu ia kecil
hingga ia besar. Banyak yang Ibunya korbankan agar ia bisa menjadi anak
yang kuat dan sehat bagi pertumbuhannya. Dan Karena kebesaran jiwa
seorang ibu, Yabes menjadi seorang yang sukses. Kalau tanpa ibu, maka
hidup Yabes tak seberuntung ini. Ada 7 kebesaran kasihnya yang Yabes
alami dengan kebesaran kasih seorang ibu Sebelum ia pergi untuk
selama-lamanya.
Kebesaran 1
Aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya
untuk aku, dikarenakan nasi yang dimasak hanya sedikit. Sambil
memindahkan nasi ke mangkuk aku, ibu berkata: “Makanlah nak, ibu tidak
begitu lapar. Makan yang banyak agar kamu bisa cepat besar”. Untuk
menambah gizi buat aku, ibu sering pergi ke sungai kecil guna mencari
ikan. ibu berharap dari ikan ia dapat bisa memberikan sedikit makanan
bergizi untuk pertumbuhan saya. Sepulang dari kolam, ibu segera memasak
ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan ikan itu, ibu
duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di
tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat
ibu seperti itu, hatiku juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan daging ikan. Biar ibu
makan kepala dan tulangnya yang garing ini”
Kebesaran yang ke 2
Saat aku sudah mulai bersekolah, ibu selalu bekerja tanpa mengenal
waktu hanya karena untuk membiayai sekolahku. Ibu selalu bangun
pagi-pagi sekali pergi kehutan untuk menyadap getah karet. Tengah hari
ibu baru pulang dengan membawa ember hasil mencari getah karet. Setelah
kering, ibu membawanya kepasar untuk dijual. Sekitar 8 km jarak antara
pasar dan dusunku. Sebelum ke rumah ibu menyempatkan diri untuk mencari
sayuran dan ikan untuk makan malam. Habis makan malam ibu menjahit
pakaian pesanan tetangga hingga larut malam. Saat ibu menjahit, aku
berkata, " Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.”
Ibu tersenyum dan berkata :”Kamu tidurlah dahulu, besok pagi-pagi harus
sekolah.Ibu masih belum lelah dan mengantuk. Lagi pula pakaian ini esok
mau diambil” Setelah berkata demikian, ibu merapikan tempat tidur dan
mengecup keningku dan melanjutkan tugasnya.
Kebesaran ke 3
Ketika lulusan tiba, ibu diminta untuk hadir dan mengambil surat
kelulusan. Ketika terik matahari mulai menyinari, ibu yang kelihatan
lelah berjalan disampingku. Setelah pertemuan singkat para orang tua dan
guru, Ibu dengan segera menghampiriku dan memberikan air yang ibu bawa
dari rumah. Karena aku tahu ibu dari tadi belum meminum sejak dari
rumah, aku berkata "Ibu minumlah lebih dahulu. Dari tadi aku belum
melihat ibu minum" Dengan senyumnya yang khas sambil menyodorkan
botolnya padaku, Ibu berkata "Minumlah anakku sayang, Ibu belum haus"
Aku hanya memandang ibu dengan heran sambil meminum.
Kebesaran ke 4
Ibuku yang memang single parent selalu kewalahan dalam mengatur
kehidupan yang dirumah.Karena gigihnya ibu bekerja, sampai-sampai ia
jatuh sakit. Aku sebagai anaknya yang semata wayang begitu panik melihat
ibuku yang kusayangi sakit. Lalu aku berusaha untuk membawanya ke
puskesmas terdekat. Tapi seperti biasa ibu hanya berkata, "Ibu hanya
demam ringan. Nanti juga sembuh sendiri" Pernah ada tetangga
menganjurkan agar ibuku bisa menikah lagi. Tapi jawab ibu, "Aku ga mau
hatiku terbagi dengan pria lain, biar aku berikan aja rasa sayangku ini
pada anakku. Aku pun takut kalo ada ayah baru, ia nanti tidak sayang
sama anakku"
Kebesaran ke 5
Setelah aku tamat dari sekolah
dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya istirahat. Tetapi ibu
tidak mau, ia rela pergi ke hutan setiap pagi untuk menyadap getah untuk
kebutuhan hidupnya. Aku yang bekerja memberika hasil kerjaku kepada
ibuku untuk membantu kebutuhan kami. Tetapi ibu bersikukuh tidak mau
menerima uang tersebut. Malahan ia mengembalikan balik uang tersebut.
Ibu berkata : “Saya masih punya uang. Kamu simpan aja buat keperluan
kelak nanti. Kalau bisa kamu buat kuliah lagi,nak.”
Kebesaran ke 6
Atas anjurannya saya pun kuliah lagi ambil S1. Selesai S1, dimana aku
bekerja di perusahan itu memberikan beasiswa untuk kuliah di kota lain.
Aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di
sebuah universitas ternama di kota tersebut berkat sebuah beasiswa di
sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan
gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati
hidup di kota besar. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau
merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Aku tidak terbiasa tinggal di
kota besar."
Kebesaran ke 7
Setelah memasuki usianya yang
tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit,
aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang
untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah
di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua,
menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di
wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat
dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku
terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil
berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam
kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “ Jangan
menangis anakku, Aku tidak kesakitan. Jangan kamu terlalu khawatir
dengan ibu.Ibu sekarang sudah bisa melepasmu dengan hati lapang, karena
anakku sekarang sudah dewasa dan mandiri. Ijinkan ibu pergi menyusul
ayah,nak.” Aku hanya bisa menanggis melihat keadaan ibu yang tergelatak
lemah.
Aku sangat terpukul dengan kepergian ibuku yang begitu cepat.
Belum ia menikmati hasil dari pekerjaanku, beliau sudah pergi. Ini akan
selalu kukenang. karena peran kebesaran beliau aku bisa seperti
ini."Terima kasih IBU."
Kaki Cerita :
Banyak kehidupan yang
di alami seseorang dengan kehadiran sosok ibu. Ada yang kagum, ada yang
bangga dan tidak sedikit juga ada yang benci dengan sosok ibu. Lalu apa
yang kalian alami dengan sosok seorang ibu?
Coba diingat-ingat,
sudah berapa lamakah kita tidak menelepon dengan ibu kita? Sudah berapa
lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ibu
kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu
mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan
dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya,
kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan
atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun,
apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah
ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia
atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali
lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi
ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di
kemudian hari.
Tuhan Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar