Senin, 03 Desember 2012

Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Yabes begitu bangga dengan sosok ibunya yang memiliki Jiwa yang begtu besar. Dia mengenang di saat-saat dirinya dekat dengan ibunya sewaktu ia kecil hingga ia besar. Banyak yang Ibunya korbankan agar ia bisa menjadi anak yang kuat dan sehat bagi pertumbuhannya. Dan Karena kebesaran jiwa seorang ibu, Yabes menjadi seorang yang sukses. Kalau tanpa ibu, maka hidup Yabes tak seberuntung ini. Ada 7 kebesaran kasihnya yang Yabes alami dengan kebesaran kasih seorang ibu Sebelum ia pergi untuk selama-lamanya.

Kebesaran 1
Aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untuk aku, dikarenakan nasi yang dimasak hanya sedikit. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk aku, ibu berkata: “Makanlah nak, ibu tidak begitu lapar. Makan yang banyak agar kamu bisa cepat besar”. Untuk menambah gizi buat aku, ibu sering pergi ke sungai kecil guna mencari ikan. ibu berharap dari ikan ia dapat bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan saya. Sepulang dari kolam, ibu segera memasak ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hatiku juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan daging ikan. Biar ibu makan kepala dan tulangnya yang garing ini”

Kebesaran yang ke 2
Saat aku sudah mulai bersekolah, ibu selalu bekerja tanpa mengenal waktu hanya karena untuk membiayai sekolahku. Ibu selalu bangun pagi-pagi sekali pergi kehutan untuk menyadap getah karet. Tengah hari ibu baru pulang dengan membawa ember hasil mencari getah karet. Setelah kering, ibu membawanya kepasar untuk dijual. Sekitar 8 km jarak antara pasar dan dusunku. Sebelum ke rumah ibu menyempatkan diri untuk mencari sayuran dan ikan untuk makan malam. Habis makan malam ibu menjahit pakaian pesanan tetangga hingga larut malam. Saat ibu menjahit, aku berkata, " Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :”Kamu tidurlah dahulu, besok pagi-pagi harus sekolah.Ibu masih belum lelah dan mengantuk. Lagi pula pakaian ini esok mau diambil” Setelah berkata demikian, ibu merapikan tempat tidur dan mengecup keningku dan melanjutkan tugasnya.

Kebesaran ke 3
Ketika lulusan tiba, ibu diminta untuk hadir dan mengambil surat kelulusan. Ketika terik matahari mulai menyinari, ibu yang kelihatan lelah berjalan disampingku. Setelah pertemuan singkat para orang tua dan guru, Ibu dengan segera menghampiriku dan memberikan air yang ibu bawa dari rumah. Karena aku tahu ibu dari tadi belum meminum sejak dari rumah, aku berkata "Ibu minumlah lebih dahulu. Dari tadi aku belum melihat ibu minum" Dengan senyumnya yang khas sambil menyodorkan botolnya padaku, Ibu berkata "Minumlah anakku sayang, Ibu belum haus" Aku hanya memandang ibu dengan heran sambil meminum.

Kebesaran ke 4
Ibuku yang memang single parent selalu kewalahan dalam mengatur kehidupan yang dirumah.Karena gigihnya ibu bekerja, sampai-sampai ia jatuh sakit. Aku sebagai anaknya yang semata wayang begitu panik melihat ibuku yang kusayangi sakit. Lalu aku berusaha untuk membawanya ke puskesmas terdekat. Tapi seperti biasa ibu hanya berkata, "Ibu hanya demam ringan. Nanti juga sembuh sendiri" Pernah ada tetangga menganjurkan agar ibuku bisa menikah lagi. Tapi jawab ibu, "Aku ga mau hatiku terbagi dengan pria lain, biar aku berikan aja rasa sayangku ini pada anakku. Aku pun takut kalo ada ayah baru, ia nanti tidak sayang sama anakku"

Kebesaran ke 5
Setelah aku tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya istirahat. Tetapi ibu tidak mau, ia rela pergi ke hutan setiap pagi untuk menyadap getah untuk kebutuhan hidupnya. Aku yang bekerja memberika hasil kerjaku kepada ibuku untuk membantu kebutuhan kami. Tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan ia mengembalikan balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya masih punya uang. Kamu simpan aja buat keperluan kelak nanti. Kalau bisa kamu buat kuliah lagi,nak.”

Kebesaran ke 6
Atas anjurannya saya pun kuliah lagi ambil S1. Selesai S1, dimana aku bekerja di perusahan itu memberikan beasiswa untuk kuliah di kota lain. Aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di kota tersebut berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di kota besar. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Aku tidak terbiasa tinggal di kota besar."

Kebesaran ke 7
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “ Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan. Jangan kamu terlalu khawatir dengan ibu.Ibu sekarang sudah bisa melepasmu dengan hati lapang, karena anakku sekarang sudah dewasa dan mandiri. Ijinkan ibu pergi menyusul ayah,nak.” Aku hanya bisa menanggis melihat keadaan ibu yang tergelatak lemah.
Aku sangat terpukul dengan kepergian ibuku yang begitu cepat. Belum ia menikmati hasil dari pekerjaanku, beliau sudah pergi. Ini akan selalu kukenang. karena peran kebesaran beliau aku bisa seperti ini."Terima kasih IBU."

Kaki Cerita :
Banyak kehidupan yang di alami seseorang dengan kehadiran sosok ibu. Ada yang kagum, ada yang bangga dan tidak sedikit juga ada yang benci dengan sosok ibu. Lalu apa yang kalian alami dengan sosok seorang ibu?
Coba diingat-ingat, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon dengan ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar